Bye-bye, Buruh!

IndiHome, Transformasi Digital Menyambut Indonesia 2024
IndiHome, Transformasi Digital Menyambut Indonesia 2024 (Pixabay/Anemone123)

Bye-bye, Buruh!

Oleh: Ellyca Susetyo

Wajah sendu itu masih sesenggukan. Air matanya sudah mulai mengering, tetapi aku tahu ia masih gamang dan merasa sesak.

“Ada lagi yang mau diceritain? Bilang aja,” pintaku pada Sisi, sahabatku yang untuk kedua kalinya mengadu karena tidak kuat dengan pekerjaannya yang sekarang.

Menjadi buruh pabrik memang tidak mudah. Beban pekerjaan yang lebih besar dari cintaku pada oppa-oppa Korea itu memang menyeramkan. Belum lagi masalah gaji minim yang seolah tidak berkesudahan. Berulang kali protes hingga menuntut kenaikan, tetapi atasan selalu pura-pura tuli.

Sisi pun menghela napas. Sebelum ia melanjutkan ceritanya, ia mengambil segelas air yang tadi kusediakan dan meminumnya dua teguk.

“Aku ‘kan jauh dari rumah. Pertimbanganku tuh itu. Aku kepikiran ibu, beliau sekarang sakit. Kemarin sudah sembuh sih tapi kata abang kumat lagi sakitnya,” keluhnya.

Aku pun berpikir sejenak lalu berucap, “kalau saranku mending beneran resign deh. Masalah gaji mungkin masih bisa dikompromiin. Kalau ibu sehat, kamu masih bisa betah-betahin di sini. Namanya juga kerja, dimana-mana pasti ada gak enaknya.”

“Tapi kalau sekarang beliau sakit, terus kamu masih maksain kerja di sini, takutnya ntar nyesel, naudzubillah,” sambungku sambil mengusap pundaknya beberapa kali.

Mendengar ini, Sisi pun kembali menangis. Suasana hatinya memang berkebalikan dengan awan cerah di Minggu pagi ini.

Ketika orang lain mungkin masih asyik bergelung di bawah selimut, ‘mumpung libur’, katanya, tetapi Sisi justru telah terbangun sejak pukul tiga dan terus menangis.

“Sudah. Sudah. Gak usah nangis lagi. Kasian matanya bengkak. Kamu gak kasian apa sama diri sendiri,” hiburku.

Selain masalah jarak yang membuat Sisi harus menyewa kamar indekos demi bekerja sebagai buruh, yang membuatnya merasa semakin berat juga karena teman-teman yang kerap meremehkannya.

“Jangan lelet-lelet, Si. Ntar kita kena marah Pak Heru lagi,” kata Ika, teman satu profesinya, kala itu.

Hati Sisi pun mencelos mendengarnya. Disaat kepalanya pusing dan magnya yang tiba-tiba kambuh, ia masih terus berusaha untuk bekerja secepat yang ia bisa.

Namun apa daya, tubuhnya memang tidak kuat. Sehingga tak jarang, Sisi dimarahi atasannya yang bernama Pak Heru itu.

Tekanan seperti ini selalu ia rasakan hampir setiap hari. Beban kerja yang berat membuatnya sering sakit perut sakit, dan pusing. Apalagi kalau sedang bulanan. Gadis mungil ini seperti mau hibernasi saja selamanya di indekosnya.

“Menurutku, kalau kamu resign, sebenarnya kamu gak perlu bingung buat nyari kerja karena kamu bisa jadi konten kreator. Kamu suka nulis ‘kan? Kulihat tulisan kamu juga bagus,” imbuhku.

“Konten kreator?” beo Sisi. Ia pun mengambil tisu dan mengelap ingusnya yang menyembul. Lalu ia kembali berucap, “tapi aku gak bisa joget-joget.”

Baca Juga: IndiHome, WiFi Anti Lelet untuk Streaming Konser Online

“Emangnya konten kreator kerjaannya cuma joget-joget! Sekarang tu konten kreator itu macem-macem, Si. Ada yang bikin vlog kegiatan sehari-hari, jalan-jalan, kuliner, tutorial, macem-macem deh pokoknya!” terangku untuk meluruskan pemahamannya yang salah.

Pendengar penjelasanku, ia tertegun dan sedikit melongo. Maklum, Sisi memang anak kampung yang gaptek.

“Sekarang sudah zamannya transformasi digital dan di Indonesia 2024 nanti, kayaknya semua orang bakal semakin bergantung sama internet provider,” imbuhku.

“Coba jelasin, aku kok gak ngerti,” pintanya. Ia pun kembali mengambil segelas air. Namun kali ini meminumnya tiga teguk.

Aku pun mengambil ponsel pintar dan memperlihatkan padanya.

“Jadi sekarang itu media sosial ada banyak banget macamnya. Gak cuma Facebook sama Instagram, ya. Tapi juga ada TikTok. Kamu pasti pernah dengar, ‘kan?”

Ia mengangguk dua kali.

“Nah, selain konten yang aku bilang tadi, sekarang banyak orang yang jualan di sini. Mulai pelajar sampai ibu rumah tangga, semuanya bisa bisnis di media sosial ini. Soalnya kayak yang sedang kamu rasain, semua orang juga ngerasain. Kerja capek, tertekan, tapi gaji masih kurang. Nah, ini adalah jalan ninjanya,” jelasku.

“Kok bisa dapat uang cuma dari media sosial? Aku tahu semua media sosial yang kamu sebut tadi tapi aku emang gak suka pakainya. Cuma Instagram aja yang aku instal,” ucap Sisi.

“Zaman sekarang kita gak bisa alergi media sosial kalau mau bisa terus bersaing sama yang lain. Ya, basicnya mirip kayak Instagram Reels sih, TikTok ini. Kita buat konten terus di-upload.

“Duitnya dapat dari endorse, iklan, live. Kurang lebih kayak gitu. Apalagi sekarang IndiHome dari Telkom Indonesia murah banget. TikTok jadi gratis,” jelasku.

Sisi pun mengambil ponsel genggam yang sejak tadi layarnya kugulir. Ia pun menekan ikon Tiktok dan mulai berselancar.

“Kalau TikTok gratis berarti orang jadi semakin banyak yang pakai donk?” tanyanya sambil menonton video tutorial memasak ayam goreng.

“Iyup betul banget! Makanya aku TikTok-an mulu, karena IndiHome itu internet provider yang murah banget. Di sisi lain, konten kreator ngeliat ini sebagai peluang. Makanya sekarang konten kreator semakin banyak.”

Sisi pun manggut-manggut seolah paham. Setelah menyaksikan video tutorial ayam goreng, ia beralih menonton beberapa video Kpop yang biasanya aku lihat, serta tayangan meme kucing yang sedang viral.

Baca Juga: 3 Promo IndiHome Terbaru Mei 2023, Cocok buat Ngonten Asyik di Media Sosial

“Mau juga donk pakai IndiHome. Tapi emangnya beneran murah? Aku ‘kan cuma buruh. Kamu tahu sendiri gajiku berapa.” Tatapannya kembali sendu mengingat akan kegalauannya masalah resign.

“Kalau gak murah ya aku gak pakai. Kamu bisa pilih paket keluarga aja karena IndiHome ini harganya mulai dari 75 ribu perbulan. Kuotanya juga besar bisa sampai 200 GB.

“Jadi kalau kamu mau ngonten gak perlu bingung masalah jaringan. Sejauh ini aku gak pernah ngeluh masalah loading, sih, karena kecepatan jaringannya saja sudah sampai 100 Mbps.

“Selain itu, buat orang tua yang mungkin gak pakai internet, IndiHome juga ngasih gratis telepon dan SMS,” terangku membeberkan pengalaman selama berlangganan internet yang satu ini.

“Pantes kamu masih sering teleponan sama mbah, ya. Terus mana rajin Kpop-an dan drakoran.” Sisi terbelalak mengetahui rahasiaku yang satu ini.

“Sebenarnya sudah lama aku pakai IndiHome. Kamu juga sudah aku kasih tahu dulu. Tapi, kamu gak pernah mau tiap aku ajak ke rumah buat streaming. Netflix sama Disney+ Hotstar, ya, kan gratis.” Lagi-lagi Sisi melongo karena melihat kecanggihan provider wifi Telkom Indonesia ini.

Selepas lulus SMA, kami memang terpisah. Sisi terpaksa harus bekerja sebagai buruh pabrik karena tidak memiliki kecukupan dana untuk melanjutkan pendidikan. Sementara aku lebih beruntung karena bisa kuliah di salah satu universitas negeri.

Kesenjangan sosial di antara kami ini mungkin membuatnya malu untuk datang ke rumahku. Sehingga, ia selalu menolak dengan alasan kecapekan sehabis bekerja. Padahal, saat sekolah dulu, kami sering menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol dan belajar bersama di rumahku.

“Terus cara langganan IndiHome ini gimana?” tanyanya membuyarkan lamunanku. Kali ini Sisi tampak antusias meski di tangannya ada video TikTok yang berseliweran, yang juga tak kalah menarik.

“Sini aku ajarin,” pintaku sambil meminta ponselku dari genggamannya. Setelah membuka browser, aku pun berucap, “Caranya itu gampang banget. Tinggal ketik indihome.co.id, habis itu pilih menu ‘berlangganan’. Nah terus tinggal isi alamat, pilih paket, isi data diri, udah deh.”

“Serius segampang itu?” Sisi kalau melongo lucu banget. Apalagi dengan matanya yang bengkak itu. Entah sudah berapa kali aku hampir tertawa karena melihat ekspresinya.

Oops, maafkan aku, Sisi

“Iya, segampang itu. Tapi selain berlangganan IndiHome, kamu memang harus bekalin diri sama skill biar gak kegerus zaman,” saranku dengan tampang serius. Kunaikkan kacamata yang melorot di hidungku yang kurang mancung.

Lalu aku melanjutkan, “kayak aku gini belajar jadi YouTuber. Oiya aku lupa bilang, konten kreator itu gak harus medianya video, ya, tapi bisa foto atau tulisan. Kamu ‘kan suka nulis makanya tadi aku saranin buat nulis aja.”

Baca Juga: Rekomendasi Buket Bunga Murah, Cocok untuk Wisuda Hingga Hantaran

Sisi pun kembali mengambil ponsel dari genggamanku dan menggulir layarnya. Aku memang tidak serajin YouTuber lain, tetapi akunku lumayan banyak memiliki subscriber.

Sekitar 11.110 pengguna, angka ini terbilang cukup besar bagiku. Aku tidak menyangka akan mendapatkan angka ini di saat ngonten dengan alat seadanya yang dimiliki di rumah.

“Videomu banyak juga, ya!” Sisi terlihat takjub lalu mengklik salah satu short dan mulai menontonnya.

Di video itu terlihat tutorial memecahkan soal UTBK 2022 yang sempat viral. Sebagai mahasiswa matematika, aku memang ingin mematahkan stigma bahwa mata pelajaran ini sulit dan menyeramkan.

Berbekal dari keresahan ini, aku ingin membagikan ilmu dan pengalamanku dalam belajar matematika.

Selain itu, hal ini sekaligus untuk mematahkan ucapan banyak orang seperti Sisi diluar sana yang masih menganggap konten kreator hanya bisa joget-joget saja.

“Iya, awalnya aku buat videonya gak pakai suara. Cuma tulisan jalan gitu aja. Tapi penontonku bilang, ‘coba donk, Kak, pakai suara biar lebih ngerti sama penjelasannya’. Akhirnya aku ikutin saran mereka di video selanjutnya.”

“Gimana caranya bikin video kayak gini?” tanya Sisi lagi.

“Aku ikut kelas online terus banyakin latihan. Untung IndiHome sinyalnya kuat. Jadi walau gak ketemu langsung sama tutornya, tapi karena gambar dans suaranya yang jernih, aku bisa paham sama materinya.”

“Cuma ikut kelas online hasilnya bisa sebagus ini?” Sisi beralih menonton videoku yang lain dan melihatku sedang mengerjakan rumus cepat yang kuciptakan sendiri.

“Yang penting itu mau latihan karena sekarang sudah banyak tools gratis di HP. Jadi tinggal instal aja. Karena meski semahal apa pun kelasnya tapi kalau gak pernah latihan ya tetep gak bisa buat videonya.

“Btw, gara-gara YouTube ini, selain dapat pemasukan dari iklan, aku juga sering diundang ke seminar-seminar dan dapat endorse juga. Apalagi di masa UTBK kayak sekarang,” beberku.

“Wah kalau gitu aku mau juga deh jadi konten kreator. Gak perlu jauh-jauh dari ibu tapi tetap punya uang,” ucap Sisi menyuarakan keputusannya.

“Tapi kamu harus ingat, semua ini gak instan ya. Butuh proses dan kesabaran. Apalagi beneran baru mulai dan masih di bawah. Kalau gak banyak-banyak sabar ya pasti nyerah di tengah jalan,” ucapku sok bijak memberikan nasihat.

“Kalau untuk awal, kamu ngisi blog aja. Apalagi sekarang banyak lomba blog yang hadiahnya jutaan. Terus kamu coba juga nulis lepas di media. Soalnya temenku ada yang dapat bayaran dari situ.”

“Emang bisa?”

“Bisa. Ntar aku tanya temenku dan aku infoin ke kamu, ya. Kalau jadi mau pasang IndiHome juga ntar aku bantu tutorialin lagi.” Sisi memang tidak bisa hanya dijelaskan satu kali jika itu mengenai teknologi semacam begini.

“Eh jadi donk pasang IndiHome-nya. Harus niat ‘kan biar cepat sukses. Biar makin lancar ngontennya kayak kamu.”

 

Comments