Forever Young/Pixabay |
Gedung megah dengan lantai berkilau menyambut netra. Dinding dari
gedung ini seputih susu, berlapis kilau pelangi. Ini bukan semacan wallpaper dinding atau hiasan interior
yang biasa aku lihat di stasiun televisi favoritku.
Pendaran cahaya ini benar-benar pelangi. Warna merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila dan ungu yang bergulung menjadi satu tanpa tumpang
tindih satu sama lain. Luar biasa indah.
"Alika!" Panggilan dari sosok misterius ini kembali
menyadarkan lamunanku. Keterkaguman menguasaiku kala melihat semua ornamen yang
ada di ruangan super besar ini.
Cat dinding, meja, kursi, jendela, pintu, dan semuanya serba dilapisi
kilau berwarna-warni seperti pelangi.
"Kamu siapa?" Pertanyaan yang entah telah keberapa kalinya
kutanyakan, akan tetapi belum juga terjawab.
"Alika, kamu adalah manusia terpilih." Alih-alih menjawab,
ia justru menambah tanda tanya di dalam kepalaku.
"Terpilih? Aku memang orang yang spesial. Tidak ada chef
lain yang dipercaya Pak Joko untuk membuat dish spesial itu selain aku.
Aku harus secepatnya kembali ke dapur, atau aku akan kehilangan
pekerjaanku, karir yang telah aku bangun susah payah selama lima tahun
terakhir." jawabku asal.
"Alika, jaga sikap, ucapan dan perbuatanmu. Kamu adalah manusia
terpilih. Lebih daripada itu, kamu sangat spesial hingga bisa menginjakkan kaki
ke Rainbow Castle ini. Tidak
sembarang orang bisa kesini." Ia tengah memperingatiku.
"Kalau kau menghawatirkan pekerjaanmu. Tenaglah, waktu di dunia
manusia telah berhenti disaat kau pergi tadi.
“Semua akan kembali normal saat kau telah diizinkan untuk pulang. Kau
sudah tidak merasakan lagi sesak di dada, kan? Kau tidak perlu repot-repot ke
apotek, dokter atau apa pun itu. Cukup tenang dan diamlah disini.”
Semua yang ada di depanku, mulai dari gedung yang kelewat indah
hingga beberapa fakta yang baru ia utarakan membuatku lupa akan sakitku.
Bahwa beberapa saat yang lalu aku nyaris mati lemas karena kehabisan
napas. Udara segar kini mengalir di paru-paruku dengan bebas. Benar-benar lega.
Sudah berapa lama aku mendadak sembuh? Entah lah. Aku terlalu sibuk terpana dan
penasaran, kebiasaanku.
"Seperti yang sudah kukatakan tadi, kau adalah manusia terpilih.
Bukan hanya karena kakekmu, Anthoni Valerie, yang mewariskan ini padamu. Namun juga
karena kau telah dipilih langsung oleh King
Wiliam.
"Mulai sekarang kehidupanmu tidak akan lagi sama seperti
dahulu, Alika. Aku sudah mengawasimu selama ini. Aku tahu apa saja yang kau
lakukan. Dan, King Wiliam memang
tidak pernah salah memilihmu."
Aku menelan saliva yang terasa berat di kerongkongan. Perasaan takut
mulai menggelayuti. Apakah ia adalah seorang penguntit misterius yang tidak
kasat mata? Apa yang barusan dia bilang?
Dia tahu semua gerak-gerikku bahkan disaat aku sama sekali tidak
tahu dia siapa? Dari mana ia berasal? Dan untuk apa ia melakukan semua ini.
"Namaku Kian Millian Wesley. Dan aku bukan penguntit seperti yang
kau pikirkan. Aku memang tidak kasat mata dan kau belum bisa melihatku. Namun
aku tekankan sekali lagi, aku bukan penguntit.”
Sialan! Rupanya dia
bisa membaca pikiranku. Aku merutuk dalam hati.
"Sekali lagi aku mengingatkanmu untuk menjaga sikap dan bicaramu.
Dahulu kakekmu juga mendapat perlakuan yang sama. Edgar Pramudya, dia malaikat
penjaga yang menjaga kakekmu. Kami berasal dari dunia pelangi. Dan tempat ini
hanya ditempati oleh para malaikat penjaga dan manusia terpilih sepertimu.
“Keluarga Valerie telah tercatat dalam buku takdir sebagai Forever Young. Para Forever Young sudah pasti manusia terpilih, tapi manusia terpilih
belum tentu Forever Young.”
Aku memijat pelipisku mendengar fakta yang baru ia sampaikan. Ini
terlalu rumit. Aku bingung.
"King Wiliam? Forever Young? Manusia terpilih? Aku
bingung, Kian. Lalu, apakah aku tidak bisa melihat malaikat penjagaku sendiri?
Katamu disini tempat para malaikat penjaga, tapi aku sama sekali tidak melihat
apa pun selain ruangan luas dengan ornamen berwarna pelangi," tanyaku
bertubi-tubi.
"Baiklah, kurasa ada baiknya kau bisa melihat malaikat
penjagamu sendiri. Namun, karena ini masih awal. Kau hanya bisa melihatku.
Mungkin seiring berjalannya waktu, pelan-pelan, kamu juga bisa melihat para
malaikat yang lain."
Diantara semua kata yang telah ia jelaskan padaku. Ini yang paling
membuatku penasaran dan tidak sabar. Aku? Alika Geraldine Valerie, bisa melihat
seorang malaikat karena warisan dari Kakek Anthoni. WOW!
Kian pun memperlihatkan wujud aslinya secara perlahan. Mulai dari
kaki, betis, paha, perut, tangan, dada, lengan, leher, dan terakhir wajahnya.
Aku benar-benar takjub dengan semua yang kulihat. Kek, kenapa
daridulu nggak pernah bilang kalau ada hal yang semacam begini di dunia? Ini
nyata. Sangat nyata. Bukan khayalan, imanijasi ataupun fantasiku semata.
Baca Juga: Forever Young (3)
Hawa dingin kembali menerpa kulitku, merasuk hingga ke dalam
pori-pori. Rasa ini menjalar di sekujur tubuhku. Apa ini sensasi yang kau
rasakan saat bisa melihat sosok malaikat?
Aku tidak melepas pandangan seinci pun dari Kian. Seakan ada terpaan
angin yang mengikuti bagian-bagian tubuhnya yang perlahan dapat kulihat.
Mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Kini aku semakin terkejut
dan terpukau karena sosok malaikat yang ada di hadapanku benar-benar seperti
apa yang aku imajinasikan. Apa mungkin imajinasiku senyata itu ataukah aku
pernah memimpikan seorang malaikat?
Kian.
Laki-laki dengan kulit bersih. Memiliki tinggi kira-kira 170 hingga
180 cm. Ia sedikit lebih tinggi dariku yang hanya 160 cm. Rambutnya yang cokelat
mirip dengan warna rambutku. Rahangnya yang tegas dan bibirnya yang tipis
terlihat begitu sempurna.
Holy shit.
Ia benar-benar tampan.
Masih dalam keterkejutanku, ia berjalan mendekat ke arahku.
"Jangan terlalu mengagumiku, Alika.” Sepertinya ia tengah
memperingatiku. Dan harusnya aku ingat, kalau-kalau ia memiliki kemampuan
membaca pikiran. Tentu ia tahu kalau aku sedang mengaguminya. Ckck!
"Apa bedanya aku dengan orang lain? Kau mengatakan aku manusia
terpilih." Aku menanyakan hal sama entah untuk yang keberapa kalinya.
"Selain karena kau merupakan keturunan dari Anthoni Valerie.
Kau juga berhati bersih, alasan King
Wiliam—raja para malaikat memilihmu sebagai manusia terpilih. Dunia ini hanya
dihiasi oleh 2 warna, hitam dan putih, dan kau memilih untuk mengambil warna
putih itu.
“Hanya para manusia yang mengambil warna putih yang bisa menjadi
manusia terpilih, Alika. Dan Forever
Young adalah mereka yang memiliki kelebihan fisik, mereka tidak akan menua.
Lambat laun kau juga paham—apa yang sedang kubicarakan.
"Tugas awalku telah selesai. Memperkenal diri padamu dan
memberi taumu mengenai kondisimu saat ini, sebagai manusia terpilih. Baiklah
Alika, kita harus segera kembali, waktumu telah habis."
Kini Kian tengah menatapku sambil tersenyum. Tiba-tiba aku merasa tubuh
seringan kapas. Kaki sudah tidak lagi berada pada pijakannya, aku melayang!
Dalam sepersekian detik, gravitasi yang sangat kuat mengelilingi.
Aku benar-benar jatuh terjerembab ke dasar yang sangat jauh dengan tubuh yang
seringan ini.
Kiannnnnnn!!!
Aku berteriak memanggil namanya. Ia mengaku sebagai malaikat
penjagaku. Namun, saat ini aku seperti sedang jatuh dari mount everest? Aku
takut. Amat sangat takut!
Aku memejamkan kedua mata begitu erat hingga membentuk guratan di
sekeliling netra. Takut kalau-kalau tubuhku akan terhempas ke dasar bumi dan
hancur berkeping-keping.
Aku masih merasakan angin dingin itu, semakin lama sensasi dingin
itu semakin kuat. Bahkan sangat kuat.
Kian memegang tangaku, lagi.
"Jangan takut. Tenang. Ada aku." Aku kembali tidak bisa
melihat sosoknya karena mata yang terpejam dan rasa takut masih menguasai.
"Bukalah matamu."
Aku mengintip dari balik bulu mata, perlahan membuka kedua irisku.
Sensasi dingin itu berubah menjadi hawa panas saat aku menyadari kini aku telah
berada di parkiran motor, di samping si putih. Kian mengembalikanku ke tempat
semula sebelum ia menculikku.
Aku meraba tubuhku. Tidak kekurangan dan kelihangan suatu apa pun. Dan
ketika aku meraba jantung. Aku merasakan debaran yang sangat kuat. Aku
mengerjab dua kali. Ini bukan mimpi. Ini nyata. Dan ini masih siang.
Oh astaga, my dish, aku terinbat akan tanggung jawab yang
sempat kutinggalkan. Aku harus segera menyelesaikannya sebelum Pak Joko tahu
aku membolos. Dengan setengah berlari aku pun kembali menuju pantry, tempat
aku seharusnya berada.
"Sudah baikan?" Azka memperhatikanku yang setengah berlari
dari arah luar hingga ke pantry.
"Better," jawabku singkat sambil memakai apron
dan merapikan rambutku akibat aksi roler
coster-ku barusan. Aku tidak mau ada sehelai pun rambutku yang terjatuh di dish
yang kusajikan terhingga terkesan menjijikkan.
Comments
Post a Comment