Pantai di Dunia Darurat Sampah Plastik, Ini Dampaknya Bagi Keseimbangan Rantai Makanan dan Ekosistem

Ilustrasi Pantai (Pixabay/Julius Silver)

Sebagai orang yang lahir dan besar di Lombok, melihat pemandangan pantai dan laut adalah hal biasa bagiku. Tidak ada yang istimewa. Karena sejak kecil, aku memang diajak hampir setiap hari untuk melihat indahnya pantai dan laut.

Baik saat menjemput ibu pulang bekerja, saat rekreasi bersama teman-teman maupun keluarga, hingga saat latihan ekstrakurikuler di sekolah. Semua memilih pantai sebagai tempat berkumpul untuk melakukan berbagai kegiatan.

Dulu, berkumpul di pinggir pantai terasa begitu menyenangkan. Meski daerah Senggigi, Lingkar Selatan dan Ampenan tidak memiliki pantai berpasir putih seperti pantai di daerah Kuta, tetapi kami tetap nyaman menikmati waktu luang di tempat ini karena lingkungannya yang bersih.

Namun, aku baru menyadari bahwa semua ini adalah nikmat yang tiada tara saat aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Malang pada tahun 2011 silam.

Biasanya, aku bisa menjangkau pantai hanya dalam hitungan menit. Bahkan, aku bisa melihat laut hanya dengan berjalan kaki.

Namun, ketika aku berkuliah di Malang, aku harus menempuh jarak yang sangat jauh hanya untuk rekreasi ke pantai bersama teman-teman. Jauhnya jarak menuju pantai membuatku tidak bisa melihat laut sesering dulu.

Yang bikin aku semakin kaget adalah pantai di Malang ini sedikit kotor karena adanya sampah. Bayangan untuk bisa duduk-duduk santai di atas pasir sambil mendengar deburan ombak pun sirna.

Sampah yang berserakan di sana-sini membuat penglihatanku tak nyaman. Belum lagi, setiap ombak yang menyentuh bibir pantai seolah mengantar sampah dari laut ke daratan.

Hatiku seperti terkoyak karena pemandangan ini. Apalagi bagi masyarakat sekitar, hal ini dianggap sebagai sesuatu yang biasa karena belum tumbuhnya kesadaran akan cinta lingkungan.

Sampah di Lautan

Ilustrasi Sampah di Pantai (Pixabay/sergeitokmakov)
Menurut data KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), lautan Indonesia dicemari oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi (g/m2) di tahun 2020.

Luasnya lautan di Indonesia yang mencapai total 3,25 juta km2, membuat jumlah perkiraan sampah di seluruh wilayah maritim mencapai 5,75 juta ton.

Di sisi lain, jenis sampah yang paling banyak ditemukan menurut data yang dihimpun adalah sampah plastik (627,80 g/m2). Jumlah terbilang sangat banyak karena mewakili 35,4% dari total sampah di laut Indonesia di 2020.

Tidak hanya di Malang, saat aku pulang ke Lombok di 2015 setelah upacara kelulusan, aku juga terkaget-kaget karena pantai di sekitar Mataram juga tercemar sampah plastik.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi pantai-pantai di Lombok yang aku temui di akhir 90an hingga 2010an.

Aku semakin merasa kalau pantai di Indonesia darurat sampah plastik saat berlibur ke Labuan Bajo di 2022 lalu. Labuan Bajo dan Mandalika Lombok memang dipilih sebagai 5 destinasi wisata tanah air yang diunggulkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun, jika pantai Indonesia darurat sampah seperti ini, tentu sangat tidak nyaman dan memalukan.

Saat di Labuan Bajo kala itu, aktivitas snorkeling yang harusnya seru dan menyenangkan menjadi sedikit menjijikkan setelah aku dan teman-temanku dihampiri serombongan sampah, mulai dari pembalut wanita, kemasan deterjen, hingga botol plastik.

Kondisi ini mengingatku akan paus yang ditemukan mati dan terdampar dengan kondisi banyak menelan sampah.

Ilustrasi paus mati. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)

Menurut laporan BBC pada November 2018, ditemukan Paus di Wakatobi menelan 115 gelas plastik dan sandal jepit atau sekitar 5,9 kg sampah.

Bahkan tidak hanya di Indonesia, beberapa paus di dunia juga mengalami musibah serupa. Seperti yang diberitakan oleh BBC pada Maret 2019. Dilaporkan ada paus yang mati di Filipina karena menelan 40 kg kantong plastik dan karung beras.

Lalu di bulan berikutnya, Mongabay melaporkan paus yang mati karena menelan 22 kg sampah plastik di Italia.

Kemudian, masih di tahun yang sama. CNN mengabarkan paus di pantai Skotlandia juga mati akibat menelan 100 kg sampah.

Berangkat dari keresahan ini, aku pun berpikir bahwa hal ini tidak bisa terus dibiarkan. Kita harus bergerak agar lingkungan hidup menjadi berdaya, khususnya di daerah pantai.

Tindakan Nyata Agar Bumi Pulih dan Lebih Kuat

Relawan yang Membersihkan Pesisir Pantai Senggigi (Dokumentasi Pribadi)
Keresahan ini ternyata tidak hanya dirasakan olehku, tetapi juga oleh ayahku dan beberapa orang disekitar kami.

Makanya, di tahun 2019, kami memutuskan untuk menjadi relawan yang sukarela membersihkan sampah di pinggir pantai. Hampir setiap hari Minggu, ayahku bersama teman-temannya langsung turun untuk memungut sampah dan menyapu area sekitar pantai.

Biasanya, para relawan ini bergerak menyusuri garis pantai di daerah Senggigi. Namun, beberapa kali mereka juga pernah membersihkan daerah wisata yang lain seperti Narmada dan Kuta.

Anggota kelompok ini tidak hanya warga lokal seperti ayahku. Namun juga warga asing yang memiliki kepedulian pada lingkungan dan bumi, khususnya daerah pantai.

Relawan yang Membersihkan Pesisir Pantai Senggigi (Dokumentasi Pribadi)

Melansir Antara News, membersihkan area pantai bisa menjadi tindakan nyata untuk bergerak menjaga ekosistem laut dan keanekaragaman hayati.

Bila kehidupan biota laut terawat, rantai makanan pun akan terjaga. Sehingga, secara tidak langsung, hal ini juga akan berdampak pada manusia.

Bayangkan saja bila ada banyak ikan yang menelan sampah. Tentu hal ini akan berpengaruh pada keseimbangan rantai makanan.

Hal ini karena sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa ada banyak ikan yang menelan mikroplastik. Bagaimana kalau ikan-ikan ini tidak hanya mati akibat menelan sampah, tapi nelayan juga tidak sengaja menangkap mereka lalu biota laut ini berakhir di piring kita. Tentu ini akan berbahaya ‘kan?

Namun ternyata, sampah plastik juga berbahaya bagi hewan lain seperti burung dan kelomang. Mereka bisa menganggap plastik sebagai makanannya. Lalu hewan-hewan ini berhenti untuk makan karena merasa kenyang.

Padahal, mikroplastik bisa melarutkan bahan kimia ke dalam jaringan dan organ hewan. Sehingga, burung yang dalam tubuhnya sudah terakumulasi plastik berisiko gagal organ dan stres reproduksi.

Sementara kelomang, hewan yang banyak ditemukan di pasir pantai ini mudah terjebak hingga mati karena cangkangnya tersangkut.

Bahaya Mengkonsumsi Ikan yang Menelan Sampah

Ilustrasi Olahan Ikan (Pixabay/Wow_Pho)
1. Bisphenol A (BPA) dan impotensi

Mengutip Suara.com melalui Organic Welcome, bahaya mengkonsumsi ikan yang menelan plastik adalah berisiko terkena gangguan reproduksi, impotensi pria, penyakit jantung, diabetes tipe 2, penambahan berat badan, perkembangan otak janin, kanker payudara, asma dan prostat.

Hal ini karena botol air dan wadah makanan biasanya menggunakan BPA atau bisphenol A. BPA adalah bahan kimia berbahaya dalam pembuatan plastik sehingga tidak boleh dikonsumsi.

2. Racun

Mikroplastik yang ada di lautan bisa menyerap bakteri, virus, logam berat dan zat berbahaya lainnya. Hal ini karena laut bisa mengandung antibiotik, obat-obatan lain dan racun.

Sehingga, ikan yang menelan mikroplastik karena menganggapnya plankton, berpotensi memasukkan racun ini kedalam tubuhnya. Kemudian racun ini bisa berpindah ke tubuh manusia bila mengkonsumsinya.

3. Ftalat

Selain BPA, plastik juga mengandung Ftalat. Senyawa berbahaya ini berisiko memicu kanker. Menurut hasil penelitian, tikus yang menelan phthalates bisa memicu pertumbuhan sel kanker payudara dan menyebabkan tumor.

Namun, belum ada penelitian lanjutan mengenai hubungan langsung phthalates dengan kanker pada manusia.

Sampah Plastik Berpengaruh pada Perubahan Iklim dan Ekosistem Pantai

Ilustrasi Sampah Plastik di Pantai (Pixabay/chaiyananuwatmongkolchai)
Melansir Kompas, studi di tahun 2021 menunjukkan bahwa ada korelasi antara sampah plastik dengan perubahan iklim dan suhu.

Hal ini karena sampah plastik yang ada di pantai dapat mengubah suhu pasir menjadi lebih panas di siang hari dan lebih dingin di malam hari.

Menurut penelitian, di pasir dangkal dengan jumlah plastik sedang bisa menaikkan suhu maksimum harian sekitar 2,5 derajat Celcius.

Hal ini karena plastik menyebabkan pemanasan seperti efek rumah kaca yang memerangkap panas dan kelembapan di dalamnya.

Sementara efek pendinginan malam hari akibat plastik disebabkan karena menghilangkan panas dari bawah permukaan pasir. Karena plastik berfungsi sebagai jalur untuk udara dan air setelah radiasi matahari tidak menjadi faktor.

Jadi, kalau di pantai banyak sampah plastiknya, suhu yang lebih tinggi berpengaruh pada reproduksi penyu. Karena penyu biasanya mengubur telur-telurnya di dalam pasir.

Menurut National Geographic, reptil adalah ektoterm atau hewan berdarah dingin. Sehingga kehidupan mereka dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.

Sarang (pasir) yang lebih hangat akan menghasilkan lebih banyak tukik betina. Hal ini karena pasir yang hangat menurunkan kebugaran dan keberhasilan tukik jantan. Karena tukik jantan yang lebih kuat dan besar berasal dari sarang yang lebih dingin.

Sayang banget 'kan kalau besok kita cuma bisa lihat penyu betina. Gak heran kalau populasi penyu semakin langka. Semua ini secara gak langsung disebabkan karena perubahan iklim.

Kehidupan burung pantai dan burung laut juga dipengaruhi karena efek pemanasan plastik. Sebab mereka juga bersarang dan menaruh telur di dalam pasir.

Plastik di dalam pasir akan berpotensi meningkatkan suhu sehingga berpengaruh pada perkembangan telur atau anak ayam.

Di sisi lain, perubahan suhu juga dapat mempengaruhi komunitas mikroskopis seperti bakteri dan invertebrata kecil.

Misalnya saja teritip yang bisa sangat sensitif terhadap suhu. Makanya, pasang surut harian yang lebih ekstrim dapat membuat beberapa organisme berkembang sementara yang lain mati.

Padahal, invertebrata, mikroorganisme dan tanah adalah fondasi bagi ekosistem pesisir, intertidal, dan semua ini rentan terhadap perubahan suhu.

Sehingga secara langsung maupun tidak langsung, sampah plastik akan mempengaruhi rantai makanan dan keseimbangan ekosistem di daerah pantai karena bisa mempengaruhi suhu di daerah ini.

Tanggung Jawab #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku

Relawan yang Membersihkan Pesisir Pantai Senggigi (Dokumentasi Pribadi)
Menjaga dan memelihara kebersihan pantai dari sampah terutama plastik memang sudah dikerjakan oleh relawan.

Walau tanpa dibayar, kesadaraan akan pentingnya keberlangsungan hidup biota pantai dan laut membuat mereka rela menjadi garda terdepan dalam menjaga ekosistem dan keseimbangan lingkungan.

Namun, hal ini tidak bisa kondusif jika hanya dilakukan oleh segelintir pihak. Oleh karena itu, aku, ayahku, dan para relawan lainnya membutuhkan kalian untuk #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku dalam meminimalisir perubahan iklim karena sampah di pantai.

Kalau semua orang punya kesadaran seperti ini, gak menutup kemungkinan aku dan kalian bisa melihat pantai yang indah seperti di tahun 2000an dulu.

Gak perlu nunggu hari lingkungan hidup sedunia. Mulai dari sekarang, dari hal kecil disekitar, ayo sama-sama bergotong royong dari kita #UntukmuBumiku demi tempat berpijak yang nyaman untuk anak cucu kita di masa depan.

Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!


Referensi: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/05/18/ada-berapa-banyak-sampah-di-laut-indonesia

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46284830

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20191203210248-199-453879/seekor-paus-jantan-mati-akibat-menelan-100-kilogram-sampah

https://www.mongabay.co.id/2019/04/02/lagi-paus-terdampar-mati-dengan-perut-penuh-sampah-plastik/

https://www.bbc.com/indonesia/majalah-47620469

https://kupang.antaranews.com/berita/2916/jaga-kebersihan-pantai

https://www.suara.com/health/2020/03/11/142523/waspada-mikroplastik-pada-ikan-laut-ini-5-efek-sampingnya-untuk-tubuh?page=all

https://nationalgeographic.grid.id/read/132947831/pengaruh-sampah-plastik-terhadap-perubahan-suhu-pantai-dan-ekosistem?page=all

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/25/170200523/sampah-plastik-bikin-pantai-lebih-panas-di-siang-hari-makin-dingin-saat?page=all

 

 

 

 

 

Comments