Seoul (4)

 

Instagram/shinee_jp_official

"Anak-anakku, kalian menikmati pertunjukkannya?" teriak Key sambil melempar senyum ke segala arah. Ia memang Menganggap Shawol sebagai anak-anaknya. Sungguh lucu.  

"YA!" jawab ribuan orang yang hadir di KSPO Dome ini. 

"Apa kalian sudah makan?" tanyanya lagi. 

"Sudah!" jawab sebagian penonton. 

"Oppa jangan lupa makan juga!" teriak yang lain.

"Sepertinya mereka masih bersemangat," timpal Taemin dengan senyum khasnya. 

"Kalian siap untuk lagu berikutnya?" sahut Onew. 

"Ya!" teriak Shawol lagi dan lagi. 

"Energi mereka sangat baik karena mereka makan dengan baik," ucap Key. 

Setelah meminta band untuk mulai memainkan musik, mereka pun bersiap untuk lagu selanjutnya. 

"Kind" adalah salah satu lagu favoritku. Menurut SHINee, mereka menyanyikan lagu ini karena untuk penggemar. Namun bagiku, aku memandangnya sebagai sesuatu yang berbeda. 

Kita memang bisa memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mendengar atau membaca sesuatu yang sama, 'kan? 

Bagiku, "Kind" tidak membuatku ingat pada SHINee, tapi pada Tuhan. Lagu mengingatkanku bahwa diujung sana, ketika semuanya terasa melelahkan dan berat, Allah selalu ada untukku. Pesannya begitu dalam dan membuatku selalu tersentuh. 

"Lagu kesukaan kamu yang mana?" tanya Adrian. 

"Hampir semuanya aku suka. Mereka nyanyinya bagus banget. Tapi lagu ini salah satu yang paling aku suka banget," jawabku. 

"Aku juga suka yang ini," timpal suamiku itu. Ia lalu kembali mengangkat lightsicknya dan menikmati lagunya. 

"Selain yang ini kamu suka yang mana lagi?"

"Jujur aku ga terlalu suka. Cuma beberapa yang aku cocok, tapi yang ini aku suka."

Mengapa ya cowok selalu pandai berterus terang? Adrian tidak ragu untuk mengatakan bahwa ia tidak suka. Namun ia tetap menghargai sesuatu yang aku suka. 

Taemin pun selesai dengan lirik terakhir di lagu itu. Ia dan member lain pun berkumpul di tengah. 

"Aku tidak pernah menyangka sebelumnya akan berada di titik ini. Anak kecil yang hobi bernyanyi kemudian masuk di perusahaan. Lalu ia tidak sadar sekarang sudah dewasa. Tolong jaga aku juga di masa depan," pintanya sambil membungkuk sebagai tanda hormat. 

"Kita tidak akan bisa berada di tempat ini tanpa kalian. Kalian selalu menjadi harapanku," timpal Minho. 

"Sayang, yang itu namanya siapa?" tanya Adrian sambil menunjuk Minho yang sedan bicara. 

"Dia Minho," jawabku.

"Tatapannya kayak tulus banget, ya. Tapi semuanya tulus sih. Masing-masing kayak punya aura yang beda tapi semuanya nyenengin."

"Kamu ngerasa gitu?"

Adrian pun mengangguk. "Kayaknya mereka datang bukan buat 'kerja' tapi buat bikin semua orang yang disini bahagia."

Mendengar kata 'bahagia', aku sontak menoleh ke samping. Penonton di sebelahku yang tadi tampak sendu sekarang sudah menunjukkan ekspresi cerah. Ia lalu berkata pada temannya, "sekarang aku tahu kenapa Salsa mencintai mereka. Mereka begitu tulus."

***

Berbeda saat solat asar dan magrib tadi, Adrian mengajakku untuk solat isya bersama Shawol yang muslim. Aku tidak menyadari ada muslim yang lain disini selain kami berdua. Mungkin aku terlalu fokus pada euforia konser hingga tidak menyadari keberadaan mereka. 

Ternyata, mereka juga berasal dari Indonesia dan sedang berkuliah di Seoul. Aku selalu takjub pada orang yang kuliah atau bekerja di luar negeri yang jauh dari keluarga. Di mataku, mereka itu keren.

Setelah selesai solat dan bercakap-cakap sebentar, kami pun berpamitan.

Dalam perjalanan pulang, aku melihat Key meninggalkan venue. Aku mengira ia sudah pulang saat aku solat tadi. Ternyata, mobil yang dikendarainya baru saja melintas. 

"Pulang hati-hati ya. Beristirahat dengan baik. Aku juga akan pulang. Dadah!" ucapnya sambil melambaikan tangan lalu membentuk heart shape. 

"Key oppa terima kasih!" teriakku. 

Ia pun tersenyum pada semua shawol yang ada di situ.

"Dia ramah banget ya," ucap Adrian ikut melambaikan tangan pada Key. 

"Ia makanya aku ngfans sama dia."

Setelah Key benar-benar menghilang dari pandangan, Adrian pun mengajakku pulang. 

Malam ini langit benar-benar bersinar. Bintang-bintang bertaburan dan bersinar begitu terang. Udara juga tidak terlalu dingin dan tidak panas. Tidak seperti kemarin yang membuatku harus memakai jaket karena sedikit berangin. 

"Sayang, makasih banyak ya. Aku gak akan pernah lupa malam ini seumur hidupku," ucapku tulus pada suamiku. 

"Whatever asal kamu bahagia. Apalagi aku tahu hal yang bikin kamu bahagia itu gak buruk. Ya gak kenal maka gak sayang, sekarang aku tahu kenapa kamu suka banget sama mereka."

Aku pun tersenyum begitu lebar saat mengetahui Adrian mendukungku. 

"Lain kali kita nonton konser lagi ya. Semoga rejekinya ada."

"Makasih, Sayang. Semoga rejekinya ada," ucapku sambil memeluknya erat.

 

TAMAT

Comments